Sabtu, 01 Juni 2013

hubungan interpersonal & cinta dan perkawinan


HUBUNGAN INTERPERSONAL

a. Model-model Hubungan Interpersonal
Model pertukaran sosial atau biasa dikenal istilah social exchange model biasanya mengidentikkan hubungan interpersonal dengan suatu transaksi dagang (tawar menawar). Selain itu pertukaran sosial juga membuat kita yang sedang berkomunikasi tidak sadar bahwa kita sedang mempertukarkan pengalaman masing-masing. Dan dalam hal ini banyak dari kita yang berkomunikasi menjadi puas karena dari pengalaman berkomunikasi, banyak sekali pertanyaan yang secara langsung maupun tidak langsung telah dijawab dari berbagai pertukaran pengalaman(Liliweri, 1991:69).
Komunikasi secara transaksional tersebut biasanya berlangsung secara simultan dan spontan(Mulyana, 2005:68). Hal tersebut biasanya terjadi dalam kehidupan sehari-harikita dan kita seringkali tidak sadar. Misalnya saja: saat mendengar teman baik kita curhat karena ada masalah, kita merespon dengan menggangukkan kepala pertanda mengerti apa yang ia rasakan dan sesekali memeluknya ketika ia mulai terisak.
Yang kedua, model peranan atau yang disebut dengan role model. Dalam model ini hubungan interpersonal dianalogikan seperti sebuah sandiwara. Jadi, dalam setiap hubungan individu memiliki perannya masing-masing sesuai dengan ekspektasi peranannya (role expectation) dan tuntutan peranan (role demands). Contoh sederhananya misalnya saya adalah ayah. Dalam keluarga peran ayah adalah pemimpin keluarga, ia adalah bapak dari anak-anaknya, dan suami dari istrinya, sedangkan didalam masyarakat ia adalah anggota masyarakat yang harus patuh dan tunduk dalam aturan masyarakat, sedangkan dalam dunia pekerjaannya ia adalah seorang ahli yang paham dengan apa yang ia jalani sebagai profesinya.
Yang ketiga, adalah model permainan yang menggunakan pendekatan analisis transaksional. teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar. dalam analisis transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interpersonal. Dalam diri setiap manusia , menurut Collins, manusia mempunyai tiga status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent=P, exteropsychic); sikap orang dewasa (Adult=A, neopsychic); dan ego anak (Child=C, arheopsychic). ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang disegala usia.Contoh sederhana yang bisa diambil misalnya adalah anak bungsu. Anak bungsu didalam keluarga cenderung manja dan kekanak-kanakan akan tetapi jika ada ditengah-tengah teman sepermainan ia akan bisa memiliki sifat orang dewasa yang bisa menjadi sangat pragmatis dan realistis, sebaliknya jika ada sidepan pasangannya ia akan menjadi sifat orangtua yang bisa menuntun, memahami dan menyayangi.
Yang terakhir adalah model interaksional atau bisa juga disebut dengan interactional role. dalam model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Transaksi disini dalam komunikasi kemudian disetarakan artinya sebagai suatu proses sebab akibat atau aksi reaksi (Mulyana, 2005:65). contoh sederhananya adalah ketika kita dipanggil ibu kita, kita kemudian menyahut dengan kata "Dalem" dan menghampirinya, itu merupakan suatu bentuk dan tindakan dari komunikasi interpersonal.

b. Memulai Hubungan
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d)kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c) respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat. Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan.
Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat. Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi.
c. Hubungan Peran

  • Model peran

menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya

  • Model Interaksional

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.

  • Pemutusan Hubungan

Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
Jenis Hubungan Interpersonal
Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu: a) berdasarkan jumlah individu yang terlibat; b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; c) berdasarkan jangka waktu; serta d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan diad dan hubungan triad. Hubungan diad merupakan hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain.
Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi). Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain.
Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya. Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang.
Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan. Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya.
Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual.

Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu:
1. Komunikasi efektif
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan terbangun dalam situasi komunikatif-interaktif dan informasi yang disampaikan dan keterlibatan dalam memformulasikan ide atau gagasan secara bersama. Bila berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan pandangan akan membuat gembira, suka dan nyaman. Sebaliknya bila berkumpul dengan orang atau kelompok yang benci akan membuat tegang, resah dan tidak enak.
2. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat menentukan penerimaan individu atau kelompok. Senyuman yang dilontarkan akan menunjukkan ungkapan bahagia, mata melotot sebagai kemarahan dan seterusnya. Wajah telah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Wajah merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan makna dalam beberapa detik raut wajah akan menentukan dan menggerakkan keputusan yang diambil. Kepekaan menangkap emosi wajah sangat menentukan kecermatan tindakan yang akan diambil.
3. Kepribadian
Kepribadian sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin. Kepribadian mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter dan perilaku. Faktor kepribadian lebih mengarah pada bagaimana tanggapan dan respon yang akan diberikan sehingga terjadi hubungan. Tindakan dan tanggapan terhadap pesan sangat tergantung pada pola hubungan pribadi dan karakteritik atau sifat yang dibawanya.
4. Stereotyping
Stereotyping merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai orang lain yang dinisbatkan pada katagorisasi tertentu. Cara pandang ini kebanyakan menimbulkan prasangka dan gesekan yang cukup kuat, terutama pada saat pihak-pihak yang berkonflik sulit membuka jalan untuk melakukan perbaikan. Individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan lingkungan dengan cara memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau cenderung melakukan pengelompokan menurut jenis kelamin, cerdas, bodoh, rajin, atau malas.
Penggunaan cara ini untuk menyederhanakan begitu banyak stimuli yang diterimanya dan merupakan pengkatagorian pengalaman untuk memperoleh informasi tambahan dengan segera. Manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya atau kita cenderung menyukai orang lain, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, dan jika menyukai orang, kita ingin memilih sikap mereka yang sama. Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, norma, aturan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tingkat sosial ekonomi, budaya, agama, ideologis, cenderung saling menyukai dan menerima keberadaan masing-masing.
5. Daya tarik
Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan personal. Orang-orang yang memiliki daya tarik cederung akan disikapi dan diperlakukan lebih baik, sopan dan efektif untuk mempengaruhi pendapat orang lain.
6. Ganjaran
Seseorang lebih menyenangi orang lain yang memberi penghargaan atau ganjaran berupa pujian, bantuan, dorongan moral. Kita akan menyukai orang yang menyukai dan memuji kita. Interaksi sosial ibaratnya transaksi dagang, dimana seseorang akan melanjutkan interaksi bila laba lebih banyak dari biaya. Bila pergaulan seorang pendamping masyarakat dengan orang-orang disekitarnya sangat menyenangkan, maka akan sangat menguntungkan ditinjau dari keberhasilan program, menguntungkan secara ekonomis, psikologis dan sosial.
7. Kompetensi
Setiap orang memiliki kecenderungan atau tertarik kepada orang lain karena prestasi atau kemampuan yang ditunjukkannya. Masyarakat akan cenderung menanggapi informasi dan pesan dari orang berpengalaman, ahli dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dalam situasi krisis, para pihak yang berkonflik membutuhkan bantuan teknis dan bimbingan dari individu yang dipercaya dan mampu menumbuhkan kerjasama untuk mendorong penyelesaian.

d. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Secara harfiah intimasi dapat diartikan sebagai kedekatan atau keakraban dengan orang lain. Intimasi dalam pengertian yang lebih luas telah banyak dikemukan oleh para ahli. Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan. Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Intimasi menurut Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin.
Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001). Selain itu dalam proses intimasi perlu untuk memasukkan unsur perasaan bersatu dengan orang lain. Kebutuhan untuk bersatu dengan orang lain merupakan pendorong yang sangat kuat bagi individu untuk membentuk suatu hubungan yang kuat, stabil, dekat dan terpelihara dengan baik (Papalia dkk, 2001).
Kedekatan perasaan seperti ini dapat menimbulkan suatu hubungan yang erat dimana hubungan ini sebagai lambang dari empati (Parrot dan Parrot, 1999). Berdasarkan beberapa pengertian intimasi di atas, dapat disimpulkan bahwa intimasi adalah suatu hubungan interpersonal yang berkembang dari hubungan timbal balik antara dua individu, yang terwujud melalui saling berbagi perasaan dan pikiran yang terdalam, saling membuka diri, serta saling menerima dan menghormati satu sama lain.

e. Intimasi dan Pertumbuhan
Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain. Kemudian, Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal uang baik berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. faktor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain.Kejujuran, faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya.sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi.amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif.Teori-teori tentang efek komunikasi yang oleh para pakar komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodermic needle theory, teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa.
Teori peluru yang dikemukakan Wilbur Schramm pada tahun 1950-an ini kemudian dicabut pada tahun 1970-an dan meminta kepada para pendukungnya yang menganggap teori ini tidak ada. Sebab khalayak yang menjadi sasaran media ini ternyata tidak pasif. Kemudian muncul teori model atau model efek terbatas, Hovland mengatakan bahwa pesan komunikan efectif dalam menyebarkan informasi, bukan dalam mengubah perilaku. Penelitian Cooper dan Jahoda pun menunjukan bahwa persepsi selektif dapat mengurangi efektifitas sebuah pesan.Contoh : seorang gadis berjalan lenggak-lenggok seperti pragawati dan banyak pria terpana padanya sampai-sampai tak berkedip, itu merupakan pola S – R. Proses ini merupakan bentuk pertukaran informasi yang dapat menimbulkan efek untuk mengubah tindakan komunikasi (communication act). Model S – R mengasumsikan bahwa perilaku individu karena kekuatan stimulus yang dating dari luar dirinya, bukan atas dasar motif dan sikap yang dimiliki.


CINTA DAN PERKAWINAN

a. Memilih Pasangan
Memiliki kriteria pasangan itu penting. Tapi jangan sampe anda menjadi pemilih. Pasalnya, hal itu hanya akan menyusahkan anda mendapatkan jodoh. ya, memilih pasangan memang diharuskan. Namun saat anda menjadi pemilih, justru akan menjadi bumerang tersendiri. Berikut yang harus anda perhatikan saat melihat seseorang untuk dijadikan pasangan seperti dilansir Idiva. 
Materi: Kebanyakan wanita memilih pria yang lebih berhasil dari mereka. Tapi justru yang didapat sebaliknya. Yang terpenting sebenarnya dia mampu memenuhi kebutuhan dasar dan bisa bertanggung jawab.
Penampilan: Siapa yang tidak suka dengan pria tampan. Ya, semua wanita tentu saja mendambakannya. Tapi pria dengan tampilan menarik belum tentu punya sifat yang baik. Jadi jangan melihat dari penampilan luar saja, tapi juga kepribadiannya.
Tidak bisa menyesuaikan: Mungkin saja, anda takut dengan perbedaan. Namun, perlu diketahui bahwa setiap manusia dilahirkan tidak sama. Jadi bersikaplan fleksibel untuk menerima apa adanya.

b. Hubungan dalam Perkawinan
Draw J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan darisatu tahap ke tahap berikutnya memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas waktu yang pasti. Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat saling merasakannya.
Tahap pertama: Romantic Love. Saat ini adalah saat anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pda tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap kedua: Dissapointmentor Distress. Masih menurut Draw, ditahap ini pasangan suami-istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangan.Terkadang salah satu dari pasanganyang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stress yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Draw tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan ditahap ini memilih berpisah dengan pasangannya.
Tahap ketiga: Knowlegde and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk  menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
Tahap keempat: Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku  yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelima: Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn.  Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.

c. Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.

d. Perceraian dan Pernikahan Kembali
Kelanggengan hubungan dalam pernikahan adalah keinginan setiap pasangan. Namun bagaimanakah jika pernikahan itu tidak langgeng dan justru akan mengakibatkan perceraian?…Baiklah, dalam hal ini bisa dikatakan perceraian itu tidak hanya terjadi begitu saja. Setiap akibat pasti ada penyebabnya, tak mungkin ada asap tanpa api. Itulah sedikit ungkapan peribahasa sebagai perumpamaannya. Berbicara tentang perceraian bisa dikaitkan dengan daya tarik spontan. Jika Anda tertarik kepada seseorang hanya karena kelembutannya, ketulusannya, karena simpatinya terhadap Anda, atau karena menjaga perasaan maka hubungan itu tidak bisa bertahan lama. Hubungan semacam itu tidak bisa langgeng, sebentar saja pasti akan hancur. Bahkan seandainya pernikahan semacam itu sukses, maka pasangan Anda tidak bisa membaur dengan persepsi-persepsi Anda yang paling dalam ketika Anda berdua saling melihat pasangan sebagai manusia yang sebenarnya. Kelanggengan terlihat dari bagaimana seseorang memperhatikan sikap dan ketulusan pasangannya. Selain itu juga harus memperhatikan kesetiaannya terhadap nilai-nilai bersama. Dan harus selalu sadar bahwa rasa tertarik, harus berasal dari kedua belah pihak, bukan dari satu pihak saja.
Penyebab perceraian kebanyakan terjadi karena didalamnya terselip berbagai persoalan rumah tangga yang tidak menemukan akhir penyelesaiannya. Dibutuhkan kekompakkan antara keduanya dalam menghadapi berbagai persoalan itu. Pengertian…itulah hal yang seharusnya bisa mereka tanamkan, karena jika minimnya sikap saling perngertian keegoisan memuncak. Jika keegoisan diiringi dengan kemarahan yang membara, perlu juga kesabaran. Tidak diperkenankan keduanya saling mengadu amarahnya. Justru jika misalnya istri lebih sensitif dengan menunjukkan kemarahannya, maka suami harus lebih mampu meredam amarahnya. Sehingga konflik yang sedang terjadi tidak semakin besar. Tidak menutup kemungkinan juga, konflik yang pada akhirnya menimbulkan perceraian itu bisa terjadi karena adanya pihak ketiga yang dengan sengaja menyebarkan kesalahpahaman diantara pasangan tersebut.
Memilih sisi positif berarti memilih cara paling efektif dan efisien daladm hidup. Seharusnya pada kedalaman diri kita, terdapat keseimbangan dua rasa yang saling berlawanan ketika hubungan yang mesra itu berada dalam ujian. Pertama-tama memang sekelompok perasaan tertentu yang mendominasi. Tetapi sekelompk rasa yang lainnya tidak lagnsung mundur diri. Ia tetap ada walau terpaksa mundur dan sembunyi di pojok gelap untuk menuggu kesempatan. Suami-istri menjalankan tugas dan peran masing-masing dengan cepat. Keduanya akan merasa lemah ketika tidak bisa mencari jalan keluar dari sisi-sisi negatif.
Mereka merasa bahwa jiwanya adalah karikatur kepribadiannya dalam kehidupan rumah tangga. Jika semua orang memikirkan apa saja yang menyenangkan pasangannya lalu meninggalkan apa yang tidak mereka senangi, tentu saja hubungan keluarga tidak akan hancur. Namun, berbeda jika pasangan telah menemukan jalan keluar dari perosalan yang mereka hadapi. Mereka akan cenderung introspeksi diri dengan perbuatan dan kesalahan-kesalahannya sehingga menyadarkan dirinya bahwa masalah itu tidak sepenuhnya selesai dengan kemarahan dan kesalahan satu pihak saja. Yang pada akhirnya pasangan yang telah bercerai tersebut bisa memulai hidup yang baru dengan menikah kembali dengan pasangannya.

e. Alternatif selain Pernikahan
Mengapa ada pernikahan?…karena kita ingin terikat dengan individu lain agar hidup kita lebih dalam dan bermakna daripada cara hidup independen dan bebas yang pernah kita jalani. Namun ada juga beberapa orang yang memutuskan untuk tidak memiliki pasangan. Mungkin mereka beranggapan bahwa ketika kehidupan itu kita jalani dengan pasangan akan terasa sulit karena menemukan berbagai persoalan yang nantinya kemungkinan bisa saja kita hadapi. Akan tetapi hakikatnya menikah itu adalah ibadah. Hidup akan lebih indah melalui segala bentuk kehidupan bersama pasangan. Seseorang yang memutuskan untuk sendiri (single life) bisa saja disebabkan karena traumatik tersendiri yang pernah mereka rasakan sehingga membuatnya untuk tidak berani lagi memulai hidup secara bersama. Pengalaman memang berperan penting dalam kelangsungan hidup seseorang. Ia bisa mengubahnya menjadi lebih kuat namun tidak sedikit yang lemah karenanya. Membuat seseorang takut memulai, namun juga menimbulkan arti yang mendalam.
“Pernikahan yang sukses adalah seperti tenunan dalam beludru kehidupan praktis. Seperti nada harmoni yang dipetik hubungan realistis. Dan pernikahan yang sukses adalah hasil gabungan cinta, penghormatan, kesetiaan, dan sikap saling mendukung”.

sumber:
http://brieghie.wordpress.com/2010/09/21/model-hubungan-komunikasi-interpersonal/
http://rizkacil.wordpress.com/
http://lifestyle.okezone.com/read/2013/03/28/197/783167/memilih-pasangan-penting-tapi
http://hendriyana.abatasa.co.id/post/detail/20976/tips-oke-memilih-pasangan-hidup-menurut-islam.html
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/keluarga/psikologi/lima.tahap.dalam.perkawinan/001/007/140/1/1
http://21juli1991.blogspot.com/2013/05/cinta-dan-perkawinan.html
http://khayeoja.blogspot.com/2012/04/cinta-dan-perkawinan.html
http://putrislanky.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar