Nama :
Agnes Pestawani
Kelas :
3PA10
NPM :
10511319
A. Empowerment, Stres dan Konflik
1.
Pengertian
Empowerment
Shardlow
(1998), pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.
Empowerment
adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum berbagai
nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat
“people centered, participatory, empowering, and sustainable” (Chambers, 1988).
Menurut
Chamber (Edi Suharto, 2005), pemberdayaan sebagai paradigma baru pembangunan,
yakni yang bersifat “peoplecentered, participatory, empowering, and sustainable”.
Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut
(safety net), tetapi juga keberlanjutan pembangunan dalam masyarakat.
2.
Kunci
efektifitas Empowerment dalam Manajemen
Konsep
pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise
mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya
model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan
yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif
pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran
antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan
demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat,
sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,
pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
3.
Pengertian
Stres pada manusia
Stres adalah
suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang,
tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh
individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.[1] Stress
adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri,
sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. Stress adalah istilah payung
yang merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan
gemuruh, anxieti, kemurungan dan hilang daya pertimbangan.
4.
Sumber
Stres pada manusia
Sumber-sumber potensi stress :
Ø Faktor
Lingkungan
Ø Faktor
Organisasi
Ø Faktor
Pribadi
5.
Pendekatan
terhadap stress pada manusia
a. Pendekatan
Individu
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi
level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu;
pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial.
Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan
tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan
fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu
menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi sires yang
dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi
terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan roengumpulkan sahabat, kolega,
keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
b. Pendekatan
Perusahaan
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran
serta struktur organisasi yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga
faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin
digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui
seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan
keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan.
Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan
serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi
fisik dan mental. Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat
dikelompokkan mcnjadi strategi penanganan individual, organisasional dan
dukungan sosial.
6.
Definisi
Konflik
Menurut Nardjana (1994) Konflik yaitu akibat situasi dimana keinginan atau
kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga
salah satu atau keduanya saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan
antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri
individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah
dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau
stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt,
dan Osborn yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) yaitu : Conflict is a situation which two
or more people disagree over issues of organisational substance and/or
experience some emotional antagonism with one another. Yang kurang lebih
artinya konflik adalah suatu
situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu
permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya
perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
Menurut Stoner Konflik organisasi ialah mencakup
ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau peselisihan soal
tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian.
Daniel
Webster mendefinisikan konflik sebagai:
1.
Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama
lain.
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan.
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan.
7.
Jenis-jenis
Konflik
Konflik
itu mempunyai banyak jenis seperti yang dikatakan James A.F. Stoner dan Charles
Wankel dikenal ada lima jenis konflikyaitu konflik intrapersonal, konflik
interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan
konflik antar organisasi.
a. Konflik
Intrapersonal
Konflik
intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi
bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin
dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu
biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
o
Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan
peranan-peranan yang bersaing
o
Banyaknya bentuk halangan-halangan yang
bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
o
Terdapatnya baik aspek yang positif maupun
negatif yang menghalangi tujuan tujuan yang diinginkan.
Hal-hal di atas
dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acap kali menimbulkan
konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak
menyenangkan.
Ada tiga macam bentuk konflik
intrapersonal yaitu :
Ø Konflik
pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama-sama menarik.
Ø Konflik
pendekatan penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama menyulitkan.
Ø Konflik
penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
b. Konflik Interpersonal
Konflik
Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Maka Hal ini sering terjadi antara dua
orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik
interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku
organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa
anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian
tujuan organisasi tersebut. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan
untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja
mereka.
Sebagai contoh
dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya
karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia
berada.
Konflik antara
kelompok dalam organisasi yang sama Konflik ini merupakan tipe konflik yang
banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi. Konflik antar lini dan staf,
pekerja dan pekerja manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar
kelompok. Konflik antara organisasi.
Contoh seperti
di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap
sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan. Konflik
ini berdasarkan pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan
produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan
pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
c. Konflik
antar perorangan
Konflik antar
perorangan terjadi antara satu individu dengan individu lain atau lebih.
Konflik ini biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan sifat dan perilaku setiap
orang dalam organisasi. Hal ini biasanya pernah dialami oleh setiap anggota
organisasi baik hanya dirasakan sendiri maupun ditunjukkan dengan sikap.
Misalnya seorang manajer pemasaran merasa tidak senang dengan hasil kerja
manajer produksi. Akan tetapi perasaan ini tidak selalu dilakukan secara
terbuka tapi bisa juga secara diam-diam. Apabila ini berlangsung lebih lama,
bisa menyebabkan ketidak selarasan dalam pengambilan keputusan
d. Konflik
Antar Kelompok
Tingkat lainnya
dalam konflik di organisasi adalah konflik antar kelompok. Seperti diketahui
bahwa sebuah organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang terdiri
dari banyak unit. Apabila diantara unit-unit disuatu kelompok mengalami
pertentangan dengan unit-unit dari kelompok lain maka manajer merupakan pihak
yang harus bisa menjadi penghubung antara keduanya. Hubungan pertentangan ini
apabila dipertahankan maka akan menjadi koordinasi dan integrasi
kegiatan-kegiatan menjadi sulit.
e. Konflik
antar organisasi
Konflik juga
bisa terjadi antara organisasi yang satu dengan yang lain. Hal ini tidak selalu
disebabkan oleh persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama.
Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidak cocokan suaut badan terhadap
kinerja suatu organisasi.
Sebagai contoh
badan serikat pekerja di cocok dengan perlakuan suatu perusahaan terhadap
pekerja yang menjadi anggota serikatnya. Konflik ini dimulai dari ketidak
sesuaian antara para manajer sebagai individu yang mewakili organisasi secara
total. Pada situasi konflik seperti ini para manajer tingkat menengah kebawah
bisa berperan sebagai penghubung-penghubung dengan pihak luar yang berhubungan
dengan bidangnya.
Apabila konflik
ini bisa diselesaikan dengan prioritas keorganisasian atau perbaikan pada
kegiatan organisasi, maka konflik-konflik bisa dijadikan perbaikan demi
kemajuan organisasi.
8.
Proses
Konflik
Menurut Louis R.Pandy mengukapkan
proses konflik terdiri dari 5 tahap :
1. Tahap
I konflik laten yaitu tahap munculnya factor-faktor penyebab konflik dalam
organisasi yaitu :
Ø Saling
ketergantungan kerja
Ø Perbedaan
tujuan dan prioritas
Ø Perbedaaan
status
Ø Sumber
daya yang terbatas
2. Tahap
II konflik yang dipersepsikan (konflik yang dirasakan) , pada tahap ini salah
satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaina
tujuan.
3. Tahap
III Konflik yang dirasakan, pada tahap ini konflik tidak sekedar dipandang ada, akan tetapi benar-benar sudah
dirasakan.
4. Tahap
IV konflik yang dimanifestasikan, pada tahap ini prilaku tertentu sebagai
indicator konflik sudah mulai ditunjukan, seperti adanya sabotase, agresi
terbuka, konfrontasi, rendahnya kenerja dan lain-lainnya.
5. Tahap
V konflik Aftermath, jika konflik benar-benar
diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan hubungan para anggota organisasi. Hanya jika
penyelesaian tidak tepat maka akan timbul konflik baru.
B. Komunikasi dalam Manajemen
1.
Pengertian
Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada
pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.
2.
Proses
Komunikasi
Berangkat dari paradigma Lasswell,
Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses
komunikasi secara primer
Proses
komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal
(bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain
sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau
perasaan komunikator kepada komunikan.
Seperti
disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam
pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses
membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai
berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan
disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran
dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan
dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan
(decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang
mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian.
Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi
dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm
(dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat
kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan
kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian
(collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm
menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting juga
dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang
pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila
bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator,
akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti
yang diungkapkan oleh Sendjaja(1994:33)yakni : Si A seorang mahasiswa ingin
berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila
pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama
mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan si C,
sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak akan berjalan
sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C
terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya,
orientasi dan mungkin juga kepentingannya.
Contoh tersebut
dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan baik atau mudah
apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila
kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu mengolah
dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata
lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya
dari komunikan.
2. Proses
komunikasi sekunder
Proses
komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang
komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena
komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya
banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film,
dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses
komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan
sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa
(telepon, surat, megapon, dsb.).
3.
Hambatan
dalam Komunikasi
Melakukan
komunikasi yang efektif tidaklah mudah. Beberapa ahli menyatakan bahwa tidak
ada proses komunikasi yang sebenar-benarnya efektif, karena selalu terdapat
hambatan. Hambatan komunikasi pada umumnya mempunyai dua sifat berikut ini :
a). Hambatan yang bersifat
objektif, yaitu hambatan terhadap proses komunikasi yang tidak disengaja dibuat
oleh pihak lain tetapi lebih disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan.
Misalnya karena cuaca, kebisingan kalau komunikasi di tempat ramai, waktu yang
tidak tepat, penggunaan media yang keliru, ataupun karena tidak kesamaan atau
tidak “in tune” dari frame of reference dan field of reference antara
komunikator dengan komunikan.
b). Hambatan yang bersifat
subjektif, yaitu hambatan yang sengaja di buat orang lain sebagai upaya
penentangan, misalnya pertentangan kepentingan, prasangka, tamak, iri hati,
apatisme, dan mencemoohkan komunikasi.
Sedangkan kalau diklasifikasikan
hambatan komunikasi meliputi :
1. Gangguan
(Noises), terdiri dari :
Gangguan mekanik
(mechanical/channel noise), yaitu gangguan disebabkan saluran komunikasi atau
kegaduhan yang bersifat fisik.
Gangguan semantik (semantic noise),
yaitu bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak.
Lebih banyak kekacauan penggunaan bahasa, pengertian suatu istilah atau konsep
terdapat perbedaan antara komunikator dengan komunikan.
Gangguan personal (personnel
noise), yaitu bersangkutan dengan kondisi fisik komunikan atau komunikator yang
sedang kelelalahan, rasa lapar, atau sedang ngantuk. Juga kondisi psikologis,
misalnya tidak ada minat, bosan, dan sebagainya.
2. Kepentingan (Interest) Interest
akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan.
Orang akan memperhatikan perangsang yang ada kaitannya dengan kepentingannya.
Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita tetapi juga menentukan daya
tanggap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku yang akan merupakan sikap reaktif
terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan
suatu kepentingan.
3. Motivasi Motif atau daya dorong
dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang sesuai
dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Pada umumnya motif seseorang
berbeda-beda jenis maupun intensitas dengan yang lainnya, termasuk intensitas
tanggapan seseorang terhadap suatu komunikasi. Semakin komunikasi sesuai
motivasinya semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik
oleh pihak komunikan.
4. Prasangka (Prejudice) Sikap
seseorang terhadap sesuatu secara umum selalu terdapat dua alternatif like and
dislike, atau pun simpati dan tidak simpati. Dalam sikap negatif (dislike juga
tidak simpati) termasuk prasangka yang akan melahirkan curiga dan menentang
komunikasi. Dalam prasangka emosi memaksa seseorang untuk menarik kesimpulan
atas dasar stereotif (tanpa menggunakan pikiran rasional). Emosi sering
membutakan pikiran dan pandangan terhadap fakta yang nyata, tidak akan berpikir
secara objektif dan segala yang dilihat selalu akan dinilai negatif.
5. Evasi Komunikasi Evasion of
communication adalah gejala mencemoohkan dan mengelakkan suatu komunikasi untuk
kemudian mendiskreditkan atau menyesatkan pesan komunikasi. Menurut E. Cooper
dan M. Johada yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku “Ilmu, Teori
Dan Filsafat Komunikasi” menyatakan beberapa jenis evasi :
Ø Menyesatkan
pengertian (understanding derailed), contoh : Apabila seorang mahasiswa
menyerukan pada teman-temannya untuk meningkatkan prestasi belajar dengan jalan
rajin masuk kuliah, rajin membaca, dan menghormati dosen. Maka komunikasinya
oleh mahasiswa lain mungkin akan diangggap sebagai usaha mencari muka.
Ø Mencacadkan
pesan komunikasi (message made invalid), contoh : Apabila seorang siswa A tidak
disenangi oleh siswa B, C, D, dan E. Ketika B melihat A sedang dinasehati guru
BP, maka B mengatakan pada C bahwa A sedang dimarahi Guru BP. C mungkin
mengatakan pada D bahwa A sedang dimaki-maki Guru BP. Dan D mengatakan pada E
bahwa A diskor oleh Guru BP.
Ø Mengubah
kerangka referensi (changing frame of reference), menunjukkan seseorang yang
menggapi komunikasi dengan diukur oleh kerangka referensi sendiri, menurut
seleranya sendiri tanpa memperhatikan kerangka referensi orang yang akan
diberikan pesan tersebut.
4.
Komunikasi
Interpersonal
a.
Componential
Menjelaskan komunikasi antar
pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikanumpan balik segera.
b.
Situasional
Interaksi tatap muka antara dua
orang dengan potensi umpan balik langsung.
5.
Model
Pengolahan Informasi Komunikasi
Model-model Pengolahan Informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara
memperkuat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk
memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan
adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa
untuk mengungkapkannya. Model Pengolahan informasi berorientasi
pada :
Ø Proses Kognitif
Ø Pemahaman Dunia
Ø Pemecahan Masalah
Ø Berpikir Induktif
6.
Model
Interaktif Manajemen dalam Komunikasi
Prinsif Model
Interaktif manajemen:
Keseluruhan proses manajemen dibangun berdasarkan
hubungan ikatan kepercayaan yang membutuhkan keterbukaan dan kejujuran baik
dari pihak manajer maupun pekerja. Bawahan menurut /melakukan
pekerjaannya, bukan karena mereka dibuat seperti itu, tetapi karena mereka
merasa mengerti oleh manajer dan memahami masalahnya. Pekerja bekerja
keras untuk membuat keputusan yang benar. Mereka merasa tidak suka
dimanipulasi, dikontrol, atau dibujuk untuk membuat keputusan bahkan jika
keputusan itu yang akhirnya mereka buat. Jangan memecahkan masalah bawahan. Mereka akan merasa tidak menyukai solusi
tersebut, dan jika anda sebagai manajer memperkenalkan solusinya, mereka akan
tidak menyukai anda. Tunjukan masalahnya; jangan pecahkan. Biarkan bawahan
memecahkan masalah-masalah mereka dengan bantuan anda.
Perbedaan antara
manajemen teknis dan interaktif
Teknis
|
Interaktif
|
Orientasi pada perusahaan
|
Orientasi pada pegawai
|
Memerintah
|
Menjelaskan dan Mendengarkan
|
Memaksakan kepatuhan
|
Mengembangkan komitmen
|
Orientasi tugas/pekerjaan
|
Orientasi Manusia
|
Tidak fleksibel
|
Adaptable (fleksibel)
|
Tidak mengindahkan kebutuhan
|
Memuaskan kebutuhan
|
Menciptakan ketakutan dan ketegangan
|
Menimbulkan kepercayaan dan pengertian
|
Sumber :